Rabu, 07 April 2010

Diposting oleh praz't blog

“Ekonomi Syariah akan menemukan surganya di Indonesia.” Begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan asumsi khalayak saat ini. Bukan tanpa dasar, asumsi itu berpondasi kuat pada gelar yang disandang Indonesia sebagai negara muslim terbesar (kuantitasnya) di dunia. Seolah Indonesia merupakan lahan yang siap pakai untuk perkembangan Ekonomi Syariah.

Sebaliknya, kita akan merasa sangat kecil jika disandingkan dengan negara-negara lain yang sama-sama mengembangkan ekonomi syari'ah. Dengan Malaysia misalnya, negara tetangga kita itu sudah memulai mengembangkan prinsip syariah pada tahun 1983. Dan sekarang Malaysia menjadi rujukan dalam pengembangan lembaga-lembaga keuangan syariah. Amerika dan negara-negara Eropa, walaupun baru mengenal Ekonomi Islam mereka sangat responsibel dan aktif mempelajarinya. Di Inggris, perkembangan bisnis keuangan syariah didukung 55 universitas dan lembaga pendidikan yang memiliki pendidikan dan keuangan syariah.

Sebenarnya banyak sekali kekurangan yang harus diperbaiki jika kita ingin membumikan ekonomi rabbani di negeri ini. Kekurangan-kekurangan semacam itu lebih disebabkan oleh minimnya SDM yang benar-benar ahli. SDM yang ada pun lebih didominasi oleh kalangan sepuh.

Disinilah peran pemuda sangat diperlukan dalam mengawal kemajuan ekonomi Islam. Kita tahu bahwa memiliki banyak kelebihan pemuda dibandingkan orang tua, baik dalam kekuatan fisik maupun kekuatan berfikir. Dalam hal pemikiran, pemuda lebih aktif dan kritis dibandingkan orang-orang tua karena semua syarafnya masih berfungsi secara optimal. Dengan begitu segala bentuk penyimpangan-penyimpangan akan lebih cepat terdeteksi dan diperbaiki. Dengan stamina yang dimiliki, mobilitas pemuda lebih mendukung perkembangan ekonomi Islam daripada kalangan sepuh. Apalagi pemuda Indonesia telah dicatat oleh sejarah sebagai pemuda yang responsible. Saat berjuang mencapai kemerdekaan, kaum muda lebih sering memelopori gerakan-gerakan merebut kemerdekaan. Para pemudalah yang akhirnya berinisiatif melakukan Sumpah Pemuda sebagai respon terhadap perjuangan-perjuangan terkapling-kapling yang sia-sia. Para pemudalah yang berusaha mendirikan Budi Utomo sebagai respon terhadap pentingnya pendidikan untuk anak negeri. Sampai-sampai Bung Karno berucap, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia.”

Disisi lain masih banyak pembenahan yang harus dilakukan untuk menciptakan pemuda yang mampu mengawal perjalanan ekonomi syariah di Indonesia. Pemuda masih memiliki emosi yang labil, jika tidak dikendalikan justru akan membahayakan perkembangan ekonomi syariah. Sikap labil itu akan membuat pemuda tidak bisa komitmen dan konsisten dalam tugasnya. Pemuda yang emosional juga akan melakukan tindakan-tindakan tanpa memikirkan resiko dan dampak negatifnya. Sementara Indonesia dalah negara plural yang sangat sensitif terhadap isu-isu keagamaan sedangkan misi yang diemban cenderung terlihat menggunakan bendera Islam, dan jika sekali saja salah melangkah, justru pencitraan buruk yang akan didapatkan. Respon pemuda Indonesia zaman sekarang terhadap suatu permasalahan pun masih sering ditunjukkan dengan menggelar demo-demo dan orasi-rasi sementara aplikasi dalam tindakan masih jarang dilakukan. Dengan kata lain, pemuda Indonesia saat ini masih “Do Less Talk More”.
Dengan kondisi yang sekarang, pemuda Indonesia belum memiliki kredibiltas yang memadai untuk menjadi ujung tombak perjuangan ekonomi syariah. Selain itu wawasan tentang ekonomi syariah juga sangat minim. Apa jadinya jika sebuah tindakan dilakukan tanpa ilmu yang mumpuni?? Pemuda yang semestinya menjadi senjata ampuh untuk mengembangkan ekonomi syariah justru bisa menjadi ancaman.

Berangkat dari permasalahan di atas sudah saatnya dipersiapkan kader-kader yang benar-benar syariah. Sosialisasi-sosialisasi secara berkala harus sering dilakukan, bahkan sudah seharusnya ekonomi islam dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran. Karena pembelajaran sejak dini akan memberikan hasil yang maksimal. Selain melalui pendidikan formal, sosialisasi bisa dilakukan dengan jalan memanfaatkan organisasi-organisasi kepemudaan berbasis Islam. Caranya, memberikan dorongan supaya mereka memasukkan ekonomi syariah kedalam agenda kegiatan mereka. Pengenalan-pengenalan produk syariah juga harus gencar dilakukan dikalangan pemuda. Seperti penggunaan Rekening Bank, ATM, asuransi, keanggotaan koperasi, dll.

0 komentar:

Posting Komentar